Aku sangat paham sekarang, ketika perempuan menuntut persamaan hak.
Mereka ingin tetap bekerja mandiri meski sudah berkeluarga. Bahkan ada yang memisahkan hartanya ketika menikah. Pemahaman ini sulit diterima jika kita belum merasakan betapa berat menjadi posisi istri yang di notabene ibu rumah tangga. Bahkan ketika istei suatu saat bisa berkarya pun... Semua masih notabene berasal dari modal suami tetap posisi sulit.
Mereka ingin tetap bekerja mandiri meski sudah berkeluarga. Bahkan ada yang memisahkan hartanya ketika menikah. Pemahaman ini sulit diterima jika kita belum merasakan betapa berat menjadi posisi istri yang di notabene ibu rumah tangga. Bahkan ketika istei suatu saat bisa berkarya pun... Semua masih notabene berasal dari modal suami tetap posisi sulit.
Apa yg diharapkan perempuan bekerja? Harta? Duit?
Bukan itu semua, mereka hanya ingin sedikit kebebasan dan ruang privasi finansial yang lepas dari uang belanja keluarga. Mereka ingin melakukan sesuatu yg membutuhkan uang tanpa ada beban. Karena ini sempurna hasil kerjanya. Tidak semua harus dilaporkan, diawasi dan dipertanyakan.
Bahkan untuk sekedar berderma sama kalipun. Aku ingin bebas beli baju, kosmetik, kado jajan, atau sekedar berkomunitas.
Tp usaha yg dibuat setelah berstatus jd istri pun tidak bisa leluasa.
Mungkin paling pas... Istri harus kerja yang dapat bayaran bernota.
Jelas jumlahnya bisa diitung dan dibaca.
Inilah harta saya, duit
saya, milik saya...
Bahkan sedikit harta yang dia pubya sewaktu awal menikahpyn sudah habis untuk biaya runah tangga.... Apa pernah diperhitungkan?
Memang... Perempuan tidak bekerja. Seakan hanya badan yg dia punya, kerja tanpa digaji.. Hanya makan dan sekedar pakaian diberi.
Lebih kaya pembantu saya.. Tiap bulan punya gaji.
Wahai putriku.. Jadilah perempuan mandiri. Tetapkan hatimu.. Bahwa kau punya harta sendiri lepas dr suamimu, agar ibumu kelak tak rikuh merepotkanmu.
Yang paling penting.. Kamu masih memiliki hak atas dirimu sendiri. Harga diri, ketenangan hati dan kepercayaan diri. Karena bahagia itu tidak sederhana kata orang. Bahagia itu ketika kita terikat tp dihargai sebagai diri kita sendiri. Saling menghargai tanpa ada intervensi
Bukan itu semua, mereka hanya ingin sedikit kebebasan dan ruang privasi finansial yang lepas dari uang belanja keluarga. Mereka ingin melakukan sesuatu yg membutuhkan uang tanpa ada beban. Karena ini sempurna hasil kerjanya. Tidak semua harus dilaporkan, diawasi dan dipertanyakan.
Bahkan untuk sekedar berderma sama kalipun. Aku ingin bebas beli baju, kosmetik, kado jajan, atau sekedar berkomunitas.
Tp usaha yg dibuat setelah berstatus jd istri pun tidak bisa leluasa.
Mungkin paling pas... Istri harus kerja yang dapat bayaran bernota.
Jelas jumlahnya bisa diitung dan dibaca.
Inilah harta saya, duit
saya, milik saya...
Bahkan sedikit harta yang dia pubya sewaktu awal menikahpyn sudah habis untuk biaya runah tangga.... Apa pernah diperhitungkan?
Memang... Perempuan tidak bekerja. Seakan hanya badan yg dia punya, kerja tanpa digaji.. Hanya makan dan sekedar pakaian diberi.
Lebih kaya pembantu saya.. Tiap bulan punya gaji.
Wahai putriku.. Jadilah perempuan mandiri. Tetapkan hatimu.. Bahwa kau punya harta sendiri lepas dr suamimu, agar ibumu kelak tak rikuh merepotkanmu.
Yang paling penting.. Kamu masih memiliki hak atas dirimu sendiri. Harga diri, ketenangan hati dan kepercayaan diri. Karena bahagia itu tidak sederhana kata orang. Bahagia itu ketika kita terikat tp dihargai sebagai diri kita sendiri. Saling menghargai tanpa ada intervensi
No comments:
Post a Comment